Another Templates


Free shoutbox @ ShoutMix
2
comments

Sunday 25 April 2010

Aku, Kamu, Masa Depan

Suatu saat, mencintai adalah memutar hari tanpa seseorang yang kau cintai.
Sebab, dengan atau tanpa seseorang yang kamu kasihi, hidup harus tetap dijalani.

Galaksi Kinanthi
Tasaro GK
0
comments

Saturday 17 April 2010

Mereka Tertawa



Satu foto yang diambil temen jalan-jalan waktu saya pergi ke Krakatau kemarin.
Foto yang diambil sewaktu kita semua memutuskan untuk mencari perlindungan ke pulau terdekat karena badai membuat perahu tidak bisa berlayar kemana-mana

Tapi lihat deh ekspresi semua orang yang ada di frame
Entah sedang melihat apa, tapi semuanya tertawa
Ada yang tertawa melirik, ada yang tersenyum, ada yang tertawa bercanda dengan temannya yang lain

Semuanya serasa sangat menikmati apa yang mereka jalani saat itu
Lupa bahwa mereka sebenarnya sedang berteduh
Lupa bahwa mereka baru saja melewati badai
Lupa kalau liburannya terancam berantakan karena cuaca yang tidak menentu

Saya suka sekali foto ini
Coba saja lihat ekspresi saya disitu
Tertawanya lepas sekali, semua emosi bahagia dan senang terlihat di muka saya
Walaupun saya banyak tertawa, rasanya saya tidak pernah ada yang selepas dan seringan itu

Saya suka foto ini


Ps. ahhh,,, mungkin waktu itu kita sedang melihat teman yang pipis dengan jongkok di tangga kapal dan menempelkan setengah pantatnya ke air. Sungguh cara yang praktis dan jujur.

3
comments

Thursday 8 April 2010

Hit by Reality

Overheard in the car on our way back from holiday at Krakatau to Jakarta...

A friend of mine who was sat next to me talked to his girlfriend on the phone,

Him: Halo... halo.... halo... *nada super ramah dan sabar*
*silence*
Him: Iya, udah kok, udah balik tapi masih di jalan, masih di Serang
*silence*
Him: hm-mh.... kamu masih di bandung? sama siapa aja sih? *masih dengan nada ramah, baik, sabar dan teman-temannya*
*silence
Him: Oh.. iya... belum tidur? *nada masih tetap seperti tadi, suara makin merendah tone-nya*
*silence*
Him: Iya... ya udah tidur deh ya. Hm? He-eh. Kenapa? Iya, kamu tidur yah *nada suaranya sayaaaaaanggg banget sama pacarnya*
*silence*
Him: Iyah... dadah... Assalamu'alaikum


errrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr......... Suddenly, i felt being hit by a fact that there was one ingredient i missed in my life

5
comments

Tuesday 6 April 2010

Kekuatan Antara Feeling dan Nazar

Sewaktu nginep di Carita pas trip Krakatau kemarin, di malam terakhir jalan-jalan, setelah mandi gue pergi ke pantai di depan kamar. Entah deh, ada sesuatu dengan percampuran antara malam dan pantai yang gue sukkkaaa banget. Akhirnya gue ajak satu temen untuk turun ke pantai.

Memang malam itu ombaknya gede banget, but i just didn't care, toh kalau ada apa-apa ini ada orang di deket gue, pikir gue waktu itu. Dan ternyata emang ombaknya lumayan gede juga. Obrolan gue dengan si teman pun sering diinterupsi dengan angkat-angkat celana atau lari-lari ke pinggir menghindari air yang tinggi.

Bener aja, di satu moment, waktu gue lagi ngomong seru ke si temen, gue ga sadar ada ombak yang lumayan gede. Gue berbalik badan agak telat waktu itu. Gue baru balik badan justru saat si ombak lagi balik ke laut, sementara si temen sepertinya udah sampe ke tempat yang lebih nyaman. Waktu ngangkat kaki, ternyata gue kalah sama si ombak yang lebih kuat dibanding tenaga gue. Dan dengan sakses, si ombak ngebawa sendal jepit sebelah kiri yang baru perdana gue pake, dan emang sengaja gue simpen untuk acara jalan-jalan ini.

Gitu gue ngeh sendal gue udah ga ada lagi di kaki, refleks aja gitu gue teriak "Isaaaaannnnn sendal gue ilaaaaaaaaanggg!!!!!!!!!!!" sambil nyari-nyari di bagian sisa-sisa ombak. Usaha yang agak sia-sia sebenarnya karena tidak ada lampu di sekitar pantai dan si ombak emang kenceng banget. Yang ada gue cuma ngeraba-raba kayak orang buta di pinggir pantai. Setelah beberapa kali usaha, akhirnya gue putusin "yah sudahlah, mungkin emang sendal itu bukan punya gue, ikhlasin aja deh..."

Tapi toh biar dikata ikhlas, tetep aja gue masih agak sedikit memaksa. Sambil kayak orang gila, gue ngomong ke si laut, "Laut... balikin dong sendal guee... gue sayang banget sama sendal itu. Aduhh.. kalo sendal itu balik, gue gak akan ngerokok deh 6 bulan..." Temen gue cuma ketawa aja denger kalimat terakhir yang keluar dari mulut gue.

Tapi entah kenapa, disitu gue setengah yakin, sendal gue itu akan balik. Makanya gue masih agak gak rela ninggalin pantai itu malem itu. Bukan karena gue kehilangan si sendal. Tapi karena gue yakin, sendal itu bakal balik ke gue. Tapi toh akhirnya gue balik juga ke kamar sambil beli sendal jepit swallow baru.

Paginya waktu pertama bangun, gue langsung balik lagi ke pantai, tanpa cuci muka, apalagi sikat gigi. Diem sebentar di pinggiran sambil ngebasahin kaki sambil nikmatin sisa-sisa sunrise, sambil ngomong lagi dalem hati "Laut.. kembaliin dong sendal saya." Tiba-tiba gue ngerasa ingin jalan nyusurin pantai. Setelah berdebat sendiri ingin ke sisi kanan atau kiri, gue putusin gue jalan ke kiri.

Baru beberapa langkah jalan, gue liat ada sendal jepit hitam dengan posisi terbalik teronggok aja gitu di atas pasir di deket pagar pembatas antara pantai dan halaman kondominium. Waktu gue jalan ke arah si sendal, ada orang yang ngangkat sendal itu dan disaat itulah gue liat tulisan yang jadi ciri-ciri sendal gue. Langsung aja gue teriak, "MAASSS.. ITU SENDAL SAYA YANG ILANG SEMALEEEMMMM!!!!" Langsung berasa kayak cinderella nemuin sepatu kaca aja gue... hihihi.... Gitu dapet si sendal, jalan sebentar di pinggiran pantai dan gue langsung lari sambil teriak-teriak girang ke kamar hotel.

Hebat ya, kekuatan antara feeling dan nazar.





8
comments

Monday 5 April 2010

Krakatau: Ketika Waktu Hanya Ada di Saat Ini

Dari dulu, saya selalu suka dengan nama Rakata
Semua orang, termasuk saya, pasti penasaran sama yang namanya Krakatau, gunung berapi di Selat Sunda yang lokasinya ga jauh dari pusat kota
Semakin saya dewasa, saya semakin suka menantang diri "masa phobia naik kapal nyebrangin lautan sih?!"
Dan saya sering berpikir, "Camping beneran kayak apa ya rasanya?", "Ih, kayak apa sih rasanya naik kapal dan kena badai di tengah laut?"

Dan ga disangka-sangka, semua itu ketemu jadi satu waktu saya putusin ikut trip Krakatau-Ujung Kulon awal April lalu.



Berangkat dari Carita dan bergoyang-goyang di kapal kayu selama 3 jam (sambil kerja di setengah perjalanan),
Sampai di Pulau Rakata dan ketemu biawak disana,
Makan siang di bawah rimbunan pohon hutan pinggir pantai Rakata sambil ngeliatin Krakatau batuk,
Nginjekin kaki di pulau Anak Krakatau dan megang pasir hitam halusnya,
Trekking ke punggung gunung Krakatau dan ngeliat mesmerizing view Selat Sunda dari lereng Krakatau,
Duduk di punggung Krakatau dengan angin yang superrrrrr kenceng,
Camping dengan tidur beralaskan pasir, berselimut sleeping bag, beratap langit malem dengan bintang yang rame dan diguyur hujan subuhnya,
Nekat berlayar dari Anak Krakatau ke Pulau Panaitan di Ujung Kulon dan akhirnya terjebak di tengah badai sampai tidak terlihat apapun di kanan kiri kapal,
Mendapat pemandangan Krakatau meski kapal lagi digoncang ombak karena badai,
Kehilangan sendal jepit kesayangan di Pantai Carita sebelum akhirnya laut dengan baik dan ajaibnya mengembalikan sendal itu ke saya esok paginya,
Tidur-tiduran di pasir putihnya dan nikmatin langit birunya Pantai Tanjung Lesung,
Nikmatin sunset super cantik dari dalem mobil sambil meratap karena ga bisa dipotret sunsetnya,
Snorkeling dengan ancaman terjebak diantara terumbu karang di Tanjung Lesung,



Belajar bahwa alam punya kekuatan yang jauh lebih besar daripada manusia,
Belajar bahwa manusia memang makhluk yang saling membutuhkan dan harus saling membantu,
Belajar menyadari bahwa saya ternyata menyukai kehidupan yang tidak terkontaminasi terlalu banyak teknologi karena ternyata tidak ada sinyal di hampir sepanjang perjalanan,
Belajar bahwa saya mulai tidak bisa memilih, pantai atau gunung,
Belajar untuk tidak menjadi seseorang yang eksklusif,
Belajar untuk menerima kondisi apapun dalam hidup,
Belajar bahwa rokok bisa menjadi juga menjadi "survival kit" yang ampuh,
Belajar untuk tidak sembarangan mengucap keinginan,
Belajar bahwa ungkapan "we don't know what we got 'till it's gone" memang benar,
Belajar bahwa bahwa melipir ke remote area bersama orang-orang baru memang cara yang sangat ampuh untuk melupakan penat pikiran dan beban yang ngeganjel di dalam diri saya dua bulan belakangan ini,


Garis putih dan titik-titik: rute seharusnya
Titik merah: Lokasi terjebak badai
Garis kuning: Rute baru yang dibuat secara dadakan


Sampai akhirnya Krakatau yang cantik serta pulau-pulau di sekitarnya yang masih asli dan badai di laut, berhasil nyulik gue dari dan melupakan kehidupan yang sudah gue jalanin bertahun-tahun ini dan merasakan punya hidup yang benar-benar baru selama ada diantara mereka, bahwa hidup terasa hanya ada di waktu sekarang dan menjalani apa yang ada di depan mata, tanpa masa lalu, tanpa masa yang akan datang.




Ps. jalan-jalan petualangan kedua yang membuat saya tidak ingin kembali ke Jakarta



Photo courtesy of
Me
Mohammad Ikhsan
Abi Gembil
 

Copyright © 2010 Fiction of Truth | Blogger Templates by Splashy Templates | Free PSD Design by Amuki