Another Templates


Free shoutbox @ ShoutMix
2
comments

Sunday 27 September 2009

Reality Show di Depan Mata

Saya pikir, respon-respon orang-orang di acara reality show di TV itu sudah diatur semuanya. Ternyata, belum tentu...

Pas akhir-akhir bulan Ramadhan kemaren, saya sedang nyetir pulang belanja makanan keperluan Idul Fitri. Sewaktu udah deket rumah, saya lihat disebelah kiri jalan ada bapak-bapak lagi narik gerobak yang didorong sama sang istri, dengan anaknya duduk di dalem gerobak. Mungkin biasanya pemandangan seperti ini udah biasa kita liat di pinggir-pinggir jalan dan kita lewati gitu aja atau mungkin paling tinggi, kita cuma ikut ngomong dalem hati, "aduh.. kasihan ya mereka, semoga mereka dikasih kekuatan tersendiri sama yang diatas."

Tapi kali ini, yang saya lihat lain.

Saya notice Bapak-ibu itu berdiri diam karena tiba-tiba ada mobil yang berhenti tepat di samping mereka dan orang yang duduk di kursi penumpang mobil itu kaca . Ga berapa lama, saya lihat si bapak jalan mendekat ke kaca mobil yang terbuka dan dari dalem mobil ada tangan yang memegang berlembar-lembar uang Rp50.000 terjulur ke arah si bapak-bapak itu.

Adegan yang saya lihat selanjutnya, sumpah saya kira cuma bisa ada di acara-acara reality show di tv doang. Setelah nerima uang tersebut, si bapak spontan langsung mencium tangan si penumpang mobil itu berkali-kali, sementara si Ibu dari belakang gerobak sibuk menghapus air mata yang keluar sambil ikut mencium tangan si penumpang mobil. Lalu saya lihat si anak ikut berdiri dari dalam gerobak sambil mengucek-ngucek mata yang juga basah terus mencium tangan si penumpang mobil itu.

Saya baca, dari mulut bapak-ibu-anak itu keluar kata "terima kasih.... terima kasih... terima kasih..." berkali-kali.

Serius, saya sampe melongo melihat semua itu terjadi di depan mata saya. Kalo hari itu saya gak puasa, pasti saya juga sudah ikut nangis juga bareng si bapak-ibu-anak itu.

Ya Allah, limpahkan selalu karunia, rezeki, berkah dan rahmat-Mu pada penumpang mobil itu. Lindungi dia selalu dan mudahkan dia dalam melalui segala permasalahan yang harus dihadapinya. Amin.

1 comments

Thursday 10 September 2009

Lv @ 1st Sght

Why do birds
Suddenly appear?
Everytime you are near
Just like me
They long to be
Close to you

Why do stars
Fall down from the sky?
Everytime you walk by
Just like me
They long to be
Close to you

On the day that you were born
The angels got together and decided
To create a dream come true
So they sprinkled moondust in your hair
Of gold and starlight in your eyes of blue

That is why all the girls in town
Follow you all around
Just like me
They long to be
Close to you

==================================================================

Cruising when the sun goes down
I cross the sea
Searching for something inside of me

I would find all the lost pieces
Hardly feel deep in real
I was blinded now i see

Hey hey hey you’re the one
Hey hey hey you’re the one
Hey hey hey i can’t live without you

Take me to your place
Where our heart belongs together
I will follow you
You’re the reason that i breath

I’ll come running to you
Fill me with your love forever
Promise you one thing
That i would never let you go
'Coz you are my everything

You’re the one, you’re my inspiration
You’re the one kiss, you’re the one
You’re the light that would keep me safe and warm
You’re the one kiss, you’re the one
Like the sun goes down coming from above all
To the deepest ocean and highest mountain
Deep and real deeep i can see now


:)
4
comments

Friday 4 September 2009

Ketemu Gempa di Lantai 25

Seumur hidup, ya baru sekali itu saya pasrah sama nyawa saya sekaligus mati-matian pengen bisa tetep hidup pada saat yang bersamaan.

Awalnya saya kira goyangannya itu gara-gara badan saya yang lagi joget-joget di kursi karna denger lagu yang ngalir ke kuping dari earphone. Terus saya pikir kantor saya di bom sama sekelompok orang yang lagi demo dibawah. Barulah waktu saya berdiri dan ngeliat ekspresi temen saya dan liat lampu di atas kepalanya udah swung ke kanan-kiri, akhirnya saya bisa teriak, "OH SHIT!! IT'S AN EARTQUAKE!!!!"

Yah, apa yang bisa diharepin dengan ngantor di lantai 25 dan tiba-tiba kena serangan gempa? Christian Sugiono muncul didepan mata? tentu tidak. Selang paling dua detik dari teriakan saya tadi, yang saya liat cuma segerombolan orang dari setengah lantai lari kabur ke tangga darurat, Bos Besar yang teriak "TENANG-TENANG, INI GEDUNG JEPANG KOK!" yang ngebikin saya berpikir, "mau ini gedung didesain sama orang eskimo juga gue ga peduli!!!"

Paling lucu, Account Director saya, yang sibuk nenangin orang tapi sambil cursing disaat yang sama. "EVERYBODY STAYS WHERE YOU ARE! DON'T RUN TO THE EMERGENCY EXIT! OH SHIT! STAY WHERE YOU ARE GUYS!! DAMN IT'S GETTING STRONGER! GUYS, GET DOWN UNDER THE TABLE, NOW! OH SHIT! JESUS CHRIST!" Sementara SPV saya yang saya intip dari balik kolong meja, cuma bisa giggling doang sambil liat-liatan.

Ada yang bilang gempa kemarin cuma berlangsung paling-paling 35 detik. Bohong banget. Lha wong saya sempet jongkok disamping meja lalu (karna ga yakin sama prinsip "segitiga keamanan") pindah ke kolong meja, berdiri, masuk lagi ke kolong, berdiri ngeliat orang-orang lari ke emergency exit, jongkok lagi, pertimbangin untuk pindah ke kolong mejanya spv, jongkok lagi.

Memang yang namanya gempa begitu, grafiknya seperti hukum di salah satu ilmu ekonomi yang dimulai dari titik nol, lalu naik dan terus naik sampai di puncak. Kebetulan, emang saya agak sial aja ada di lantai 25 sebuah gedung Jepang. Jadi, waktu si gempa ini levelnya makin naik, sesuai dengan prinsip gedung Jepang, gedung ini akan jadi elastis dengan bergoyang ke kanan atau kiri.

Bener aja, ternyata saya gak berhalusinasi waktu gempa itu. Waktu kekuatan si gempa lama-lama naik saya merasa lantai tempat saya berdiri bergerak ke arah kanan dan lampu gantung di kantor juga geraknya udah makin gak karuan. Wah, ga usah ditebak lagi, teriakan yang dari tadi udah saya tahan-tahan demi alasan profesionalitas, keluar juga lah akhirnya disini sejadi-jadinya. Untung teriakannya, masih kebaur sama teriakan orang-orang sekantor yang makin kenceng. Karna saya paling takut, takut kalau kaca-kaca gedung yang notabene ada di samping saya, mulai pecah. Kalau itu udah pecah, saya ga peduli, mau kekuatan gempanya lebih besar lagi, saya pasti bakal langsung ngacir turun ke emergency exit.

Dan disini juga lah saya akhirnya pasrah sama nyawa sendiri. Pikir saya, "Yah, sudalah, kalo emang saya harus mati pake cara begini. Tapi sebentar, gedung ini kira-kira ada 30an lantai ditambah bagian atasnya. Berarti nanti saya harus bisa nahan kekuatan 5 tingkat beton dengan segala pernak-perniknya itu kalo tetep mau survive. Bisa ga ya? Tapi yah, terserah Allah lah. Eh tapi sebentar Allah, saya masih punya banyak unfinished businesses nih disini..." Untung hari itu puasa, kalo gak, pasti saya udah nangis jejeritan disini. Agak sedikit kebayang sih, apa rasanya jadi orang-orang yang ngantor di WTC di Amrik sana. Saya yang ngantor di lantai 25 aja udah pasrah sana-sini.

Yang lucu adalah, waktu gempa ini makin kenceng, Si Bos Besar udah berhenti teriak soal gedung kantor gw adalah gedung Jepang, Si bos satu lagi masih tetep sibuk nenangin orang-orang sambil tetep jongkok dibawah meja dan cursing sana-sini, SPV masih liat-liatan ama gw, dan orang-orang yang tadinya lari ke emergency exit, balik semua dan ikutan ngumpet di kolong meja.

Doa gw siang itu cuma satu, "Tuhan, kalo gedung ini emang harus roboh dan saya harus ikutan di dalemnya, please, make it quick.... Tuhan kan paling tau saya paling ga suka sama terjun bebas dari ketinggian..."

Setelah agak lama, si gempa lama-lama berkurang kekuatannya, tau-tau ada yang teriak, "Buat yang takut, ambil barang-barang dan keluar dari gedung sekarang!" wohoho... buat yang itu sih ga usah dikomando lagi pak. Takut gak takut, saya pasti akan keluar dari gedung.

Ada beberapa hal yang saya pelajari dari gempa kemarin:
- Menurut sumber, bagian paling aman dan yang akan roboh terakhir dari sebuah gedung rancangan jepang justru bagian tangga daruratnya. Beda dengan gedung rancangan Indonesia atau beberapa negara lainnya yang tangga daruratnya ada di pinggir gedung, tangga darurat di gedung jepang ada di tengah-tengah gedung dan jadi salah satu pasak gedung. Tapisilakan bayangkan malesnya mati ketimpa beton berjejelan di tangga darurat.

- Waktu panik, ternyata otak saya termasuk tipe otak yang langsung nyusun strategi kanan-kiri.

- Saya gak akan pernah lupa rasanya waktu intensitas getaran gempanya meningkat dan gedungnya mulai miring.

- Di saat-saat panik seperti itu, untuk saat ini, ternyata... tidak ada satupun orang yang saya ingat.

- Waktu akhirnya saya keluar dari gedung, suara yang langsung saya dengar itu.... adzan tanda waktu sholat Ashar. Merinding.


 

Copyright © 2010 Fiction of Truth | Blogger Templates by Splashy Templates | Free PSD Design by Amuki